Tuesday, 06 September 2016 / 08.00
...
Di bawah pohon sakura yang sedang berguguran, terlihat sepasang insan manusia yang mulai hari ini, dan detik ini juga telah meresmikan hubungan mereka, meresmikan ikatan cinta suci mereka berdua dengan ikatan yang lebih tinggi derajatnya, meresmikan perasaan kasih sayang mereka dengan ikatan yang merupakan batas akhir dari segala bentuk hubungan yang ada didunia ini— ikatan Pernikahan.Ratusan kelopak bunga Sakura yang tertiup angin semakin menambah kesan pada prosesi pengucapan janji suci mereka berdua, janji suci untuk selalu bersama walau apapun yang terjadi nanti, berjanji untuk saling mencintai dalam suka maupun duka.
Naruto memandang calon istrinya—bukan, bukan calon lagi, sekarang gadis yang ada dihadapannya ini telah menjadi istrinya, pasangan sah nya.
Sekarang Naruto telah resmi memiliki wanita ini seutuhnya, menjadikannya sebagai teman untuk menghabiskan sisa hidupnya, menjadikannya pasangan dalam mencurahkan segala bentuk kasih sayangnya, menjadikannya sebagai Ibu dari anak-anaknya nanti, dan menjadikan dirinya sebagai satu-satunya wanita yang ia cintai, sebagai satu-satunya wanita yang dapat memiliki hatinya, hanya dia—Hinata Uzumaki, Istrinya.
Naruto memandangi istrinya yang terlihat begitu cantik hari ini di hari pernikahannya, tentu saja semua perempuan akan terlihat cantik di hari pernikahannya, hanya saja istrinya dengan kimono putihnya dan juga bunga merah yang tersemat di surai indigonya, serta tidak lupa dengan senyum lembutnya diselingi rona merah malu-malu di kedua pipi tembem istrinya, membuat istrinya lebih—arrggh! Ingin sekali rasanya Naruto mendekap erat tubuh mungil istrinya lalu membawanya pergi dan mengabaikan acara pernikahan ini.
Kheh! Naruto terkekeh dengan isi pikirannya sendiri, 'menculik istrinya sendiri di hari pernikahannya sendiri'. Apa otaknya sudah mulai kehilangan kewarasan. Hmm— Sepertinya memang benar apa kata kebanyakan orang, 'jika didekat seseorang yang kau cintai, kita tidak akan bisa bersikap wajar. isi otak dan tingkah laku selalu tidak bisa sinkron'.
Hah~ entah harus berapa kali Naruto mengucap rasa syukurnya karena dapat menjadikan Hinata sebagai istrinya, manusia dengan seribu kekurangan seperti dirinya yang dicintai wanita dengan hati sebening kaca seperti itu, sungguh dirinya merasa tak pantas, bahkan untuk bermimpi pun tidak layak. Jikapun ini mimpi pastilah ini merupakan mimpi paling indah selama hidupnya.
Bagi Naruto, Tidak ada yang lebih membuatnya bahagia selain melihat senyuman lembut wanita yang ada dihadapannya ini, wajah bahagia istrinya yang sedang tersenyum tulus didepannya ini seolah menghipnotisnya untuk ikut membalas senyum lembut istrinya.
Naruto pun membalas senyum istrinya dengan lebih melebarkan lagi bibirnya yang memang sudah sedari tadi tersenyum bahagia seakan jika dipaksakan lebar senyumnya itu bisa membuat bibirnya sobek.
Tak mengapa jikapun bibir ini harus sobek hanya untuk membalas senyum lembut istrinya, ia sudah bertekad jika senyuman itu, jika wajah bahagia istrinya adalah aset berharga dalam hidupnya.
Naruto berjanji pada dirinya sendiri, ia akan selalu menjaga senyuman itu, senyuman yang akan selalu menghiasi wajah cantik istrinya, dan hanya akan ada wajah bahagia yang istrinya tunjukan selama ia hidup didunia ini.
. ... .
KRRIIINGG !Suara berisik dari jam alarm yang berbunyi membuat seorang pria dengan surai kuning keemasan terbangun dari tidurnya, mengerjapkan kelopak matanya dan menampilkan sepasang iris blue shappire nya yang menawan.
"Hah~ mimpi itu lagi." Gumam Naruto pelan.
Naruto tidak mengerti kenapa dirinya selalu bermimpi tentang hari pernikahannya, seakan-akan mimpi itu menegaskan pada Naruto jika ini bukanlah mimpi, ini nyata. Benar-benar kenyataan. Kau sudah menikah dengan Hinata, dan kalian sudah dikaruniai seorang putra. Kau sudah tidak sendiri lagi, dan kau tidak akan kesepian lagi, kau sudah memiliki Keluarga.
Yaa—benar sekali, keluarganya sungguh nyata, bukan mimpi. Mungkin dulu baginya sebuah keluarga dan kebersamaan adalah mimpi baginya, ia bukan siapa-siapa. Hanya seorang bocah terlantar yatim piatu. Tidak ada yang peduli dengannya, tidak ada yang berharga baginya, tidak ada yang penting baginya.
Tapi—itu dulu, sekarang—ia sudah mempunyai keluarga, ia tak akan kesepian seperti dulu, rumahnya tak akan sepi seperti dulu. Sekarang ada istrinya yang akan selalu menemaninya, Hinatanya. Terlebih sekarang ia sudah mempunyai seorang putra, Boruto. Benar sekali—sekarang rumahnya akan selalu terasa ramai, Hinatanya sudah memberikan dia sebuah keluarga baru, keluarga yang sangat berharga, keluarga yang harus ia jaga dan ia lindungi apapun resikonya.
Sebuah Keluarga, adalah impiannya yang terpendam.
. ... .
Naruto terbangun dari tidurnya, meraih jam alarm yang berada di nakas meja samping tempat tidurnya dan mematikan jam alarm yang sudah lancang mengganggu tidurnya. "Siapa sih yang memasang jam alarm ini?" gerutu Naruto karena merasa terganggu dengan suara alarm tersebut."Jam 8 pagi." Gumam Naruto,
Naruto mengacak-acak rambutnya yang terasa gatal dan bergerak-gerak tidak nyaman di tempat tidurnya karena merasakan tubuhnya yang lengket.
Ah! Naruto ingat jika semalam ia melakukannya dengan istrinya, pantas saja tubuhnya terasa lengket dan bau, hah~ semalam istrinya benar-benar bersemangat sekali sampai mereka berdua lupa waktu, Naruto terkekeh mengingat kejadian semalam.
"hmm— Dimana, Hinata-chan ?" gumam Naruto bertanya pada dirinya sendiri setelah melihat istrinya tidak ada disampingnya di tempat tidur.
Ah! Mungkin ia sedang membersihkan diri di kamar mandi, tentu saja dengan tubuh yang lengket oleh keringat membuat tubuhnya terasa tidak nyaman.
Naruto pun melangkahkan kakinya ke kamar mandi di kamarnya.
CEKLEEK!
Membuka pintu kamar mandi dikamarnya, dan tidak menemukan istrinya disini.
"Hmm~ mungkin sedang bermain-main dengan Boruto ?" gumam Naruto pada dirinya sendiri setelah tidak menemukan keberadaan istrinya di kamar mandi.
"Atau sedang memasak didapur ."
Naruto pun memutuskan untuk mandi dan membersihkan dirinya terlebih dahulu, sebelum menyusul istrinya didapur. Hell yeah— Tentu saja jika ia langsung menghampiri istrinya di dapur dengan keadaan seperti ini, dengan kondisi tubuhnya yang telanjang bulat hanya tertutup selimut serta bau dan badan lengket di sekujur tubuhnya, mungkin Naruto akan langsung didepak Hinata dengan wajan penggorengan atau malah lebih buruk— ronde tambahan di pagi hari.
. ... .
*Secret Divorce*
. ... .
Tap Tapp!Sekarang Naruto sedang menuruni anak tangga dirumahnya, setelah ia sebelumnya membersihkan diri terlebih dulu dikamar mandi, dan berpakaian santai dengan sandal rumahan.
Berjalan menuju ke dapur dirumahnya, mencari keberadaan Hinata.
"Hinata-chan ." panggil Naruto sebelum ia sampai di dapur, tetapi tidak menemukan istri disana.
Naruto melangkahkan kakinya ke meja makan tepat disamping dapur, tetapi tetap tak menemukan keberadaan istri atau anaknya disana.
Naruto berlari keatas lagi menuju kamar anaknya.
CKLEK!
Membuka pintu sebuah kamar dengan tulisan 'Boruto Uzumaki' di depan pintu kamarnya. Nihil, ia tetap tak menemukan keberadaan Hinata ataupun Boruto dikamar anaknya.
'Dimana dia, apa ia sedang pergi keluar ?' tanya Naruto dalam hati, Naruto merasa aneh karena Hinata memang jarang pergi keluar rumah, istrinya itu memang tidak hobi menghabiskan waktunya diluar rumah seperti kebanyakan perempuan. Hinata lebih memilih menghabiskan waktunya sebagai ibu rumah tangga setelah menikah terlebih setelah ia memiliki seorang anak.
Jikapun ia ingin pergi tidak biasanya Hinata pergi dan tidak memberinya kabar atau setidaknya ijin dulu kepadanya sebelum ia pergi keluar.
'Mungkin di taman belakang rumah.' batin Naruto, lalu melangkahkan kakinya ke taman rumahnya.
BRESS BRES!
Ternyata diluar sedang turun hujan lebat, sepertinya tidak mungkin Hinata ada di taman karena sedang turun hujan, Naruto pun kembali melangkahkan kakinya kembali kedalam rumah.
Rumahnya terlihat sangat sepi, Bahkan Naruto tidak merasakan hawa kehidupan sama sekali dirumahnya, dapur di rumahnya yang masih tetap bersih tidak ada bekas seperti orang selesai memasak, meja makan yang kosong tidak ada makanan sama sekali.
"Hinata, kau ada dimana sayang ." panggil Naruto dengan sedikit berteriak, dan mencari keberadaan istrinya di setiap penjuru ruangan rumahnya. Ruang keluarga, ruang makan, kamar tamu, kamar mandi, ruang kerjanya—tunggu! "Apa ini ?" tanya Naruto yang melihat amplop map coklat yang tertutup di ruang kerjanya.
Naruto mengambil Map Coklat tersebut, mengeluarkan sebuah 'form paper' dari map coklat.
Naruto membelalakan matanya setelah melihat isi 'paper' yang ada ditangannya. "Surat Kesepakatan Cerai !" gumam Naruto.
...
Surat Kesepakatan Cerai
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:Hinata Uzumaki, umur 27 tahun sebagai pihak pertama.
Naruto Uzumaki, umur 27 tahun sebagai pihak kedua.
...
...
Adapun kesepakatan bersama antara pihak pertama dan pihak kedua yang diajukan adalah : untuk Berpisah dan memutuskan hubungan dalam berumah tangga dengan Perceraian.
...
...
Adapun ketetapan yang telah disepakati bersama:
Menetapkan hak asuh anak kandung yang bernama Boruto Uzumaki diantara pihak pertama, Uzumaki Hinata sebagai Ibu kandung dan pihak kedua, Uzumaki Naruto sebagai Ayah kandung, dibawah asuhan pihak pertama, Hinata Uzumaki sampai anak tersebut dewasa atau mandiri.
...
...
Kesepakatan ini tidak mengikat orang lain.
Demikian surat kesepakatan ini kami buat atas dasar bersama dengan pikiran sehat, tanpa ada paksaan atau tekanan dari pihak manapun.
...
"apa-apaan ini !" gumam Naruto dengan gigi yang bergemerutuk dan meremas paper ditangannya menahan amarah.
Pandangan netra Naruto terasa kosong setelah membaca paper yang ada ditangannya, ia tidak percaya dengan apa yang ada di tangannya ini. Ia tidak percaya dengan semua ini, istrinya, Hinata meminta untuk bercerai dengannya, Hinata mengirimkan surat kesepatan cerai yang sudah ditanda tangani oleh Hinata.
"Kenapa ?" gumam Naruto pelan dengan pikiran yang melayang. setahu dirinya, ia tidak pernah berbuat salah atau membuat istrinya itu marah. Bahkan kehidupan rumah tangganya itu menurutnya baik-baik saja dan tidak pernah ada pertengkaran sama sekali.
Lalu kenapa ?
Hanya Satu pertanyaan yang muncul dikepala Naruto, kenapa? Kenapa Hinata menggugat cerai dirinya, setidaknya jika ada masalah mungkin bisa diselesaikan dengan cara lain, bukannya malah mengirimkan dia surat gugatan cerai untuk segera ia tanda tangani, tidak seperti ini. Ia butuh penjelasan.
Selain itu dimana ia? Dimana Hinata.
"Apa ia sedang pergi ?" gumam Naruto seraya bangkit dari tempat duduk diruang kerjanya dan mengambil ponselnya lalu menghubungi Hinata.
Tut Tut.. TUT
Ponsel Hinata tidak aktif, Panggilan Naruto tidak tersambung. Naruto menekan tombol 'call' mencoba untuk menghubungi Hinata kembali.
Nihil, ponsel Hinata tidak aktif. "ck! Sial !" decak Naruto kesal, disaat seperti ini kenapa ponsel Hinata tidak aktif.
"Ck! Pergi kemana sih dia ."
. ... .
Naruto mengulurkan tangannya dan menekan tombol power CPU, untuk menghidupkan Komputer di ruang kerjanya.Memilah menu yang tampil di layar monitor yang ada dihadapannya.
Klik!
'CCTV Record'
Naruto penasaran, Jika Hinata memang pergi keluar mungkin ia akan terlihat di kamera CCTV yang ada di halaman depan pintu gerbangnya.
Rekaman pukul 05.00
BRESS BRES!
Terlihat dilayar monitornya, jika dari jam lima pagi, hujan lebat sudah mengguyur dirumahnya.
"Apa mungkin, ia pergi disaat hujan lebat seperti ini ." gumam Naruto pada dirinya sendiri.
Naruto mempercepat rekamannya, jam 06, Tidak ada tanda. Jam 07, tidak ada tanda. Jam 07.10. Naruto mulai menegakkan badannya dan mempertajam penglihatannya di layar monitor, terlihat disana Hinata sedang berdiri di depan pintu gerbang rumahnya dengan membawa payung yang melindunginya dari hujan.
Hinata terlihat seperti sedang menunggu seseorang, Naruto penasaran apa yang sedang ia tunggu atau siapa yang Hinata tunggu ?
CKIITT
Terlihat dilayar monitornya, Sebuah mobil 'Jeep Rubicon' berhenti didepan rumahnya, pengemudi mobil tersebut turun dan menghampiri Hinata yang sedang berdiri didepan pintu gerbang rumahnya.
Naruto melebarkan matanya, pengemudi mobil 'Jeep Rubicon' itu seorang pria, terlihat jelas sepatunya 'Vantopel' dan celana panjang 'katun hitam', pria tersebut menghampiri Hinata dan sedikit berbincang-bincang dengannya, lalu Hinata masuk kedalam mobil tersebut diikuti pria tadi.
Mobil tersebut pun pergi meninggalkan rumahnya, rekaman selanjutnya hanya ada hujan deras yang mengguyur jalanan rumah.
"hahah.. haa~ " Naruto hanya tertawa hambar setelah melihat hasil rekaman di CCTV nya.
Memangnya apa yang aneh dengan rekaman tadi? Hinata hanya sedang pergi keluar. Yaa—pergi dengan seorang pria terlebih setelah ia meninggalkan surat cerai? Apanya yang aneh?
PRAANKK!
Naruto dengan brutal memukul layar monitor yang ada didepannya hingga hancur berlubang, dan terdengar suara yang cukup memekakan telinga terdengar saat benturan antara kulit dan perangkat elektronik tak terelakan.
Tess tes..
Terlihat Darah mengalir dari kepalan tangannya akibat benturan dengan perangkat keras terlebih itu adalah kaca, benda tajam. Tess! Darahnya terus menetes ke lantai rumahnya, mengotori lantainya yang awalnya berwarna putih kini mulai berubah warna.
"hahaha~ BRENGSEEEK ! " murka Naruto dengan berteriak keras.
...
*Secret Divorce*
. ... .
Konoha City
Wednesday, 07 September 2016 / 05.50 (Now)
...
(NARUTO p.o.v)Aku mengernyit heran, Dia melihatku dengan mata yang menyala marah dengan gigi yang bergemerutuk, serta ekspresi wajah yang seakan-akan seperti ingin membunuhku.
"Kau"
"BREEENGSEK !"
Aku terkaget karena tiba-tiba, wanita yang berada didepanku ini meneriakiku.
Hikss Hiks..
"BRENGSEEEK !"
Wanita ini tetap saja meneriaki ku dengan kata-kata 'Brengsek' di sela-sela tangisnya.
Kanapa ia meneriaki ku seperti itu? Tunggu—kami berdua berada pada sebuah kamar tidur, dengan sprei dan selimut yang terlihat berantakan, dan jadi benar darah yang aku lihat itu—darah tanda kesucian seorang gadis, darah perawan.
Aku mulai takut dengan isi pikiranku sendiri, ini tidak seperti yang aku pikirkan bukan?
"Kau— memperkosaku !"
Hikss hikss
Damn! Jadi benar, aku sudah memperkosanya. Brengsek! Apa yang sudah aku lakukan !.
Tapi bagaimana bisa? Kenapa aku bisa berakhir diranjang bersama dengan orang lain? Kenapa aku tidak ingat sama sekali. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa aku tidak bisa mengingat apapun?
Satu-satunya hal yang aku ingat adalah istriku yang pergi dari rumah dengan seorang pria, dan juga surat cerai yang diajukan istriku, Hinata.
Apa yang terjadi denganku? Apa yang terjadi dengan Hinata? Kenapa tiba-tiba ia menggugat cerai? Ini benar-benar tidak masuk akal?
"Laki-laki Brengsek. K-kau mengkhianati istrimu, Brengsek."
Hikss Hiks..
"K-kau mengkhianati Hinata. Da-dan A-aku mengkhianati Hinata, a-aku mengkhianati sahabatku, Hikss~ ." ucap wanita berambut pirang disampingku ini masih dengan menangis sesenggukan.
"Shion, a-aku sungguh minta maaf. Sungguh akupun tidak tahu kenapa aku bisa melakukan ini."
Entah apa yang terjadi denganku, tapi aku berani jamin jika aku bukan pria brengsek seperti yang ia teriakan padaku. Aku bahkan tidak pernah menyentuh wanita manapun selain istriku sendiri.
Naruto berani jamin jika hanya istrinya—Hinata yang pernah menjamah tubuhnya. Naruto berani menjamin jika ia bukanlah seperti orang kaya kebanyakan, yang mampir ke klub malam hanya sekedar untuk mencari kepuasan sesaat, cih- bahkan ia merasa jijik jika melihat para wanita jalang yang menjajakan lekukan tubuhnya. Ia bisa buktikan jika dirinya bukan pria bejat seperti itu.
Tapi— percuma omongan jaminan semua itu! apa yang terjadi sekarang ini? Apa yang terjadi dengan diriku? Aku bahkan merasa seperti lebih rendah dari orang brengsek manapun! Aku sampah! Aku memperkosa! Merebut kesucian seorang perempuan. Terlebih ia adalah gadis yang sangat baik, meski aku tak mengenalnya dekat, ia adalah sahabat istriku, Miko Shion.
"Kau pikir dengan ucapan maaf semuanya akan kembali seperti semula. Brengsekk!" ucap Shion lantang.
Aku tahu—hanya dengan ucapan maaf tentu semuanya tidak akan kembali seperti semula, kenyataanya aku sudah mengambil paksa kesuciaannya. Meski itu diluar akal sehatku.
"Kau benar-benar Brengsek. Kau mengkhianati istrimu, kau menyelingkuhi Hinata." Ucap shion dengan urat disekitar wajahnya, tanda jika ia sangat marah.
Hahaha~ entah kenapa aku malah tertawa sendu dengan ucapan Shion, mengkhianati istriku—katanya ?
Sebenarnya siapa yang berkhianat disini? Istriku atau Aku? Hinata atau aku?
Tapi—kenyataannya aku memang mengkhianati istriku. Aku mengkhianati Hinata. Dilihat dari sudut pandang manapun, Aku sudah mengkhianati istriku. Aku benar-benar bajingan Brengsek!
...
*Secret Divorce*
. ... .
Tokyo City, Nagajima StreetTuesday, 06 September 2016 / 08.30
...
BRESS Bres KRIT Kritt !Terdengar Suara hujan yang membentur sebuah kaca mobil, dan suara Wiper, yang menyeka kaca mobil dari rintik rintik hujan agar pandangan pengemudi mobil tidak terhalang dari jalan.
Terlihat dua orang yang berbeda gender didalam mobil 'Jeep Rubicon' , sang pria yang sedang mengemudi mobil dengan pandangan fokus kearah jalan dan sang wanita yang sedang melamun memandang rintik-rintik hujan yang berjatuhan kaca pintu samping mobil.
"Hinata." Panggil seorang pria pada penumpang mobil, seorang wanita yang ada disebelahnya.
Hinata menolehkan kepalanya mengarah ke pengemudi mobil disebelahnya, seolah bertanya 'Apa' ?
0 comments:
Post a Comment