Monday, 05 September 2016 / 23.15
. ... .
Disebuah rumah megah yang kokoh berdiri diantara rumah dan gedung-gedung pencakar langit disekitarnya, rumah megah dengan desain perumahannya yang kental ala eropa dan tekstur tradisional lokal jepang.Terlihat sepasang manusia sedang berjalan menaiki anak tangga untuk menuju ke ruangan atas di rumah megah tersebut, tetapi yang terlihat hanya ada dua kaki atau sepasang kaki saja, kaki kekar khas milik seorang pria yang terlihat sedang berjalan menaiki anak tangga dirumahnya, sementara pasangannya~ istrinya sedang digendong didepan oleh suaminya, tangan sang suami mendekap erat tubuh mungil milik sang istri dengan penuh sayang disertai mata shappire birunya yang tidak sedetikpun melepaskan pandangannya dari manik ametyst lavender indah milik sang istri yang juga sama-sama sedang memandang mata indah bak birunya samudra milik sang suami dengan kedua tangannya yang mendekap erat leher suaminya disertai senyum malu-malu dan rona merah ciri khasnya.
"Eheem !" sang suami berdehem untuk sekedar mengalihkan perhatian dari istrinya dan menyudahi acara tatap-menatap tersebut, "uhh.. hime, sepertinya kau semakin bertambah berat saja ya ?" tanya sang suami memulai pembicaraannya ke sang istri dengan nada jail disertai cengiran khasnya.
"Mou~ Naruto-kun~" rajuk sang istri hanya membalas pertanyaan suami tercintanya dengan nada sebal dan kaki yang digoyang-goyangnya manja dalam dekapan suaminya.
"Hehehe.. Hinata-chan, meski berat badanmu sampai 200kg pun, aku masih tetap ingin bercinta denganmu, sayang." Ucap Naruto kepada istri tersayangnya dengan nada menggoda dan tentu saja cengiran khasnya yang tidak pernah lepas dari dirinya.
"A-anata~ " cicit sang istri dengan perubahan wajahnya yang daritadi memang sudah merah merata kini menjadi bertambah merah pekat sampai ke telinga dan lehernya, entah Hinata juga bingung dengan apa yang diucapkan suaminya tadi, perkataannya tadi bisa dibilang untuk merayunya atau sedang mengejeknya, atau mungkin mengejek dibarengi rayuan romantis ala suaminya, Narutonya.
"Hei, hime~ kenapa lehermu memerah begitu ttebayo, ayo.. hilangkan kemerahan itu dari lehermu, karena—" Naruto memotong ucapannya dan mendekatkan wajahnya ke wajah istrinya, "karena hanya aku yang boleh membuat tanda kemerahan di tubuhmu, sayang." Sambung Naruto berbicara tepat di telinga istrinya dengan suara yang dibuat-buat mendesah dan se-seksi mungkin.
Sementara sang istri, Hinata hanya bisa mebenamkan dan lebih mebenamkan lagi wajahnya di dada bidang suaminya, karena sudah kelewat malunya dia. Entah juga sudah semerah apa wajahnya kini, mengingat dari awal Naruto menggendongnya saja, wajahnya sudah memerah. Tentu saja Hinata tau apa yang diinginkan suaminya jika sudah menggendongnya ala pengantin baru seperti ini.
Tapi hey~ Hinata.. kenapa juga dia harus malu-malu seperti itu pada suaminya sendiri, toh~ pastinya kalian sudah sering melakukannya bukan? , mengingat sudah lama dia menikah dengan Naruto, dan juga sudah dikaruniai seorang anak laki-laki yang wajah, sifat, tingkah laku semua mirip suaminya, semua gen dalam suaminya diturunkan pada anak mereka, yah~ Hinata hanya menurunkan gen sifat malu-malu kucingnya yang kadang-kadang juga muncul pada diri anaknya, dan tentu saja wajah memerahnya yang tidak ketinggalan juga menurun pada anaknya.
"Hinata-chan, apa Boruto sudah tertidur lelap, kau sudah menidurkannya kan ?" tanya Naruto setelah sampai di lantai atas rumahnya, dan melewati kamar anak mereka, dengan tulisan 'Boruto Uzumaki' di pintu kamarnya.
Hinata mendongakkan kepalanya setelah tadi membenamkan kepalanya di dada suaminya, melihat mata suaminya yang berkilat cerah dan raut wajahnya yang tidak lagi konyol seperti tadi, kini wajah suaminya menampilkan sebuah ketegasan menandakan suaminya butuh jawaban pasti. "i-iya, Naruto-kun. Boruto sudah tertidur dari tadi." Ujar Hinata pelan menjawab pertanyaan Naruto dengan gagap khasnya dan sedikit takut-takut kucing dengan ekspresi ketegasan yang ditampilkan suaminya kini.
Suaminya, Naruto memang jarang sekali menampilkan raut wajah seperti itu, biasanya suaminya itu hanya menampilkan wajahnya yang konyol ramah khasnya dan juga cengiran khasnya yang setia nangkring di wajah tampannya, tapi bukan berarti jika Naruto bukanlah sosok pemimpin keluarga yang tidak tegas dan terkesan loyo, salah~ tapi justru sebaliknya, Naruto adalah orang yang sangat tegas dan sangat bebal yang pernah ia temui, tentu saja sifat tegasnya akan Naruto tunjukan pada saat-saat tertentu saja atau menyangkut hal-hal yang penting saja, seperti menyangkut pekerjaan atau keluarganya dan tentu saja anak mereka. Yaa.. Hinata tahu itu, sangat tahu dengan sifat suaminya yang seakan-akan mengatakan, ' jangan mengusik atau mengganggu keluargaku jika kau masih sayang nyawamu' , seakan-akan Naruto berubah menjadi pribadi yang lain, terlebih jika menyangkut keluarganya, anaknya dan istrinya. Keluarganya satu-satunya.
Dan sepertinya bukan hanya dirinya, bukan hanya Hinata yang tahu akan sifat tersembunyi suaminya itu, mungkin semua orang penduduk Negara ini juga tahu dengan Naruto. Direktur muda di bisnis eksport import yang terkenal dengan kejeniusannya dalam bidang pekerjaannya. Direktur muda yang merintis usahanya dari nol sehingga sampai menjadi sekarang 'tak ternilai harganya', dari yang tidak punya apa-apa menjadi sekarang kaya-raya, dari yang hanya anak terlantar menjadi anak kesayangan pemerintah.
Tentu saja kesuksesannya tidak datang begitu saja, dari yang hanya anak terlantar bermodalkan ambisi dan kenginan tinggi untuk merubah hidupnya, kesuksesannya tidak datang dengan sendirinya, kesuksesannya bukan didapatkan dari warisan orang tua nya, kesuksesannya bukan hasil dari belas kasihan orang lain, tapi kesuksesannya datang dari usahanya dan sifatnya yang pantang menyerah, tentu saja ia pernah mengalami masa sulit, bahkan sering sekali mengalami masa sulit—tapi dulu. Sekarang? Ia bagaikan raja di dunia ini, bagaikan raja bajak laut di lautan yang luas sekalipun. Dan tidak ada yang bisa menghalanginya, tidak satupun, tidak seorangpun.
. ... .
Fanfiction NaruHina
/ / / / Secret Divorce / / / /
. ... .
"Hinata-chan, kenapa kau melamun ttebayo, eum~ jadi Boruto sudah tidur lelap yaa ?" tanya Naruto dengan nada jahilnya yang kembali lagi seperti semula dan berhasil membuyarkan Hinata dari lamunannya."em~ ya." Jawab Hinata pelan. "k-kenapa memangnya ?" sambung Hinata bertanya kepada Naruto.
"hmm~ aku Cuma tidak mau jika ada yang mengganggu acara kita nanti, yah~ meskipun itu anak kita." Ucap Naruto dengan nada menggodanya.
Hinata hanya ber oh ria seraya memeluk erat leher suaminya, dan membenamkan wajahnya kembali kini di pangkal leher suaminya. Hinta sudah kepalang tanggung untuk menjawab ucapan suaminya karena sudah kelewat malu yang sudah maksimal, Seakan-akan Hinata tahu dari ucapan suaminya itu jika nanti tidak ingin ada yang mengganggunya karena ia ingin memberikan kesenangan dan kenikmatan yang tidak akan pernah terlupakan.
"hari ini aku akan memuaskanmu Hime, sangat~~ memuaskanmu." Ucap naruto seksi tepat pada daun telinga Hinata, yang membuat telinga Hinata geli dan berdengung tidak karuan mendengar suara suaminya.
"akan kupastikan kau tidak akan berhenti menyebut namaku, Hime~." Ucap Naruto dengan suara yang dibuat-buat mendesah, memanas-manasi istrinya yang memang sudah panas, merah, dan sekarang mungkin berkobar.
"aku juga sangat suka dengan suara desahanmu, Hime~" ucap Naruto dengan seringai mautnya.
Sudah cukup, Hinata sudah tidak tahan lagi, tidak tahan dengan godaan Naruto, tidak tahan dengan birahinya yang sudah mulai muncul hanya dengan madu kata suaminya yang seakan-akan perkataan suaminya itu mengandung janji-janji kepuasan sampai keujung jarinya.
"tapi tolong nanti jika kau mau berteriak, jangan keras-keras yaa, Hime. Aku tidak mau suara desahanmu nanti membangunkan Boruto." Ucap Naruto masih dengan suara yang dibuat-buat mendesah seksi.
Hinata hanya mendengus kesal dan mengumpat tidak elit dengan ucapan suaminya itu, sudah tahu kamarnya, kamar mereka itu kedap suara. Tapi tetap saja suaminya itu menggodanya dengan hal-hal yang tidak masuk akal. Sepertinya suaminya itu memang suka sekali menggodanya.
Ingin sekali ia menggetok kepala kuning suaminya itu seraya berkata 'Tidak usah banyak bicara, kita selesaikan saja dikamar' , tapi apalah daya, ia hanyalah seorang gadis lugu, upss~ maksudnya wanita lugu, tapi mungkin sekarang sudah bukan lagi wanita yang lugu, mengingat sudah banyak dan berbagai gaya yang mereka praktekan saat bergumul di ranjang.
. ... .
CEKLEEEKK, KRIEETHinata yang masih dalam gendongan Naruto, meraih daun pintu kamarnya dan membuka kamar mereka. Karena kedua tangan Naruto sedang sibuk menggendong istrinya maka Hinatalah yang bertugas membuka kamarnya, saling bekerja sama..
BLAAAMM!
Dan Naruto yang bertugas menutup pintunya kasar, err~ dengan kakinya. Kerja sama..
Kenapa harus dengan kakinya, sepertinya sudah tidak sabar, heh!
CLICKK
Hinata mengunci kamar tidur mereka, tentu saja dengan tangannya bukan dengan kaki. Karena kedua tangan Naruto masih sibuk menggendong istrinya maka Hinatalah yang bertugas untuk mengunci pintu kamarnya , memastikan privacy mereka tetap aman dan acara mereka yang tentunya tidak akan terganggu, sekali lagi. Kerja Sama ~
. ... .
Naruto berjalan ke arah ranjang mereka dengan masih menggendong istrinya didepan dada. Sang suami berjalan dengan santai ala 'pengantin baru abadi', tidak perlu terburu-buru, nikmati waktu detik demi detik sebelum hidangan utama, sebelum hidangan prasmanan.Setelah sampai di kasur super empuknya, Naruto membaringkan tubuh tak berdaya istrinya di pinggiran ranjang mereka.
Dan disusul Naruto yang mendudukan tubuhnya di pinggiran kasur, sembari melepas sepatunya, melepas dasinya, melepas jas kebanggaannya, melepas kemejanya, melepas baju dalamannya dan membuangnya asal,Topless, memperlihatkan dada bidangnya yang kekar berotot dengan perut sixpack, tubuh ideal dambaan bagi semua laki-laki, dan tentu saja tubuh seksi berotot suaminya dengan kulit tan eksotis adalah dambaan bagi istri manapun. wanita manapun pasti tidak akan menolaknya, terlebih dia suaminya, Narutonya, Miliknya. Dan ia berstatus istrinya, istri sah nya, tentu saja ia bebas melakukan apapun pada tubuh suaminya. Naruto is Yours, Hinata.
BRUGGGH
Dengan tidak berperi perasaan, tiba-tiba saja Naruto menjatuhkan tubuhnya diatas tubuh mungil sang istri dan menindihnya dengan tumpuan lutut kakinya dan tangannya agar tidak menindih sepenuhnya dan membebani tubuh istrinya. Naruto memandang intens mata ametyst lavender istrinya, tangan kekarnya bergerak menyentuh rambut indigo indah milik sang istri yang berwarna biru gelap itu, Naruto menyapu rambutnya dengan pelan dan sayang, menyelipkan anak rambut berantakan yang nakal mengganggu pandangan Naruto dari wajah cantik istrinya, Hinatanya, Miliknya, dan Satu-satunya Hanya Miliknya. Off Course, Hinata is Yours, Naruto. Finish her, Satisfied.
Tangan Naruto terus menyusuri wajah cantik milik sang istri, mengelus dahinya, kelopak matanya, pipi tembem sang istri, dan berhenti di sudut bibir mungil manis milik sang istri, perlahan-lahan Naruto memajukan wajahnya.
Hinata hanya terdiam menatap mata biru indah bak dalamnya samudra milik sang suami dan membiarkan sang suami membelai rambut serta wajahnya, menikmati setiap sentuhannya, mengirimkan semua sentuhan suaminya kedalam memorinya agar selalu teringat dikepalanya, dan saat wajah Naruto mulai sedikit demi sedikit mendekat dengan mata sayu, Hinata pun hanya bisa memejamkan mata indahnya, seperti tahu akan apa yang diingkan suaminya, hinata ikut memajukan bibirnya selaras dengan bibir Naruto.
Bibir dan bibir pun bertemu, saling beradu, saling mengecup. Ciuman yang tadinya hanya kecupan-kecupan kecil untuk menyalurkan rasa kasih sayang pun kini mulai berubah menjadi lumatan-lumatan panas guna memperdalam ciuman mereka.
Naruto mengecup bibir istrinya, melumatnya, memperdalam ciumannya tapi tetap dengan lembut dan terkontrol, lidahnya mulai menyusuri sudut-sudut bibir istrinya, sang istri yang seperti sudah tahu pun dengan senang hati membuka mulutnya, mempersilahkan lidah suaminya untuk mengabsen gigi-gigi kelincinya, menyesap bibirnya, menggulatkan lidahnya.
"Ngghhh !" desah Hinata menikmati ciuman suaminya.
Hinata pun tidak mau kalah, ia menarik leher Naruto dengan brutal, mengeratkan pelukannya, memperdalam ciumannya dengan ikut memasukan lidahnya ke rongga mulut suaminya, mengabsen tiap gigi rubah Naruto, menyesapnya, menjilatnya, menggulatkan lidahnya dengan lidah Naruto, saling bertukar saliva. Ohoo! Sekali lagi, Kerja Sama.
"Mhh.. " lenguhan Hinata lolos menikmati tiap sentuhan Naruto yang sudah mulai melonggarkan piyama tidurnya, dan tangan-tangan kekarnya mulai menyusuri tiap inchi tubuh mungil sang istri.
Tangan Hinata kini beralih memeluk kepala kuning milik suaminya, menarik-narik kecil rambut kuning Naruto guna menyalurkan tiap kenikmatan yang diciptakan suaminya.
"mnhh! Ahn.. " racau Hinata saat Naruto mengakhiri ciumannya dan beralih mencium pipinya lalu merayap ke lehernya, menggigit kecil lehernya lalu menjilatnya, memberinya tanda kemerahan pada lehernya, tepat seperti ucapan Naruto tadi.
"nghh! Naruuuhh.. ah!" lenguh Hinata meracau menyebutkan nama suaminya, saat Naruto mulai mengalihkan ciumannya ke buah dadanya, menggigit kecil dan menjilat dadanya, menciptakan tanda kemerahan pada buah dadanya.
Hinata pun tidak bisa berbuat apa-apa selain menikmati tiap sentuhan suaminya, menarik-narik kecil rambut kuning suaminya, menjambaknya, menekan-nekan kepala Naruto untuk menyalurkan tiap kenikmatan yang tersalurkan.
. ... .
Hingga sampai acara penyatuan kedua pasangan suami istri ini, Hinata hanya bisa menikmati, menggeliat, meracau dan melenguhkan nama suaminya, tepat seperti apa yang diucapkan Naruto tadi."Mnnh! Naruuuh!"
"Ahh! Ahn naru.. naruuu.. ahh!"
"Naruu.. nghh!"
Sampai pergumulan antara dua insan manusia ini mencapai titik puncaknya setelah berkali-kali klimaks, berjuta-juta benih yang tersalurkan ke tubuh istrinya dan entah berapa lama waktu yang mereka habiskan untuk saling menyesapi kenikmatan pergesekan kulit mereka dalam mencapai kepuasan demi menyalurkan rasa sayang mereka pada pasangannya. Pasangan Sah-nya!
. ... .
Secret Divorce
. ... .
Setelah mencapai kepuasan pasangan mereka masing-masing, kini mereka sedang tertidur diranjang mereka, tempat mereka tadi melakukan pergumulan suami istrinya, mencoba mengistirahatkan tubuh mereka masing-masing setelah tadi memforsir tenaganya diatas ranjang mereka, ranjang yang menjadi saksi bisu atas rasa cinta dan kasih sayang antara mereka berdua.Naruto memandang wajah cantik istrinya yang sedang tertidur lelap dan tentunya kelelahan dengan kepala indigonya yang bertengger manis di dada bidangnya, sembari tangannya mengelus rambut biru yang lepek karena keringat.
Naruto menarik selimutnya lebih keatas untuk menutupi tubuh polos mereka seusai permainan panas mereka sembari mendekap lembut tubuh mungil istrinya dengan penuh sayang.
CUPP! Kecupan lembut mendarat di kening sang istri, "Oyasuminasai, Hime~ " ujar Naruto sembari menutup kelopak matanya, menyembunyikan mata biru cerahnya dan menyusul istrinya untuk pergi ke alam tidurnya.
. ... .
FanFiction NaruHina
o 0 o
Secret Divorce
A.S.H.M.A.P
.
.
. ... .
Konoha CityWednesday, 07 September 2016 / 05.40 (Now)
. ... .
Pagi menyambut, suara kicau burung terdengar menenangkan di sebuah rumah. Sinar Mentari sudah mulai terlihat dan menyebarkan sinarnya.Cahaya matahari menyusup melalui jendela yang tertutup gordyn ke dalam kamar, mengganggu seseorang yang sedang tertidur lelap disana.
Naruto menggeliatkan badannya yang terasa pegal, merutuk pada sinar matahari yang mengganggu kegiatan tidurnya dan mulai bangkit terduduk dikasurnya, menggerak-gerakkan sedikit tangan dan badannya yang terasa pegal. tentu saja pegal, tadi malam kegiatan panasnya sungguh membuatnya lelah, badannya seakan remuk. Malam yang indah pikir Naruto dengan tersenyum lembut.
Hikkss! Hiks..
Naruto mengernyit aneh dan memutarkan kepalanya karena seperti mendengar suara wanita yang menangis terisak, melihat istrinya yang tertidur di sebelahnya.
Kenapa istrinya menangis, apa dia bermimpi buruk, pikir Naruto.
( NARUTO P.O.V )
Melihat seseorang yang sedang berbaring disebelahnya dengan selimut yang menutupi seluruh badan sampai kepalanya, hingga istrinya itu tidak terlihat tertutupi selimut sepenuhnya.
"Hinata-chan, ada apa? kenapa kau menangis ?"
HIKSS.. HIKKSS !
Suara tangisannya bertambah keras, dan isakan tangisnya semakin terdengar jelas.
Aku yang khawatir dengan keadaannya pun, mulai menyentuh selimutnya dan mencoba menarik selimutnya agar tidak menutupi tubuhnya lagi.
SLAAP! SREKK..
Dia menepis tanganku yang mencoba untuk menarik selimutnya dan lebih mendekap erat selimutnya dengan selimutnya tetap menutupi seluruh tubuhnya sampai kepala dan ia mulai menjauhiku dengan menggeser tubuhnya.
Saat ia menggeser tubuhnya, aku melihat sesuatu yang tidak asing bagiku, sesuatu yang menempel pada kasur dan selimutnya, sesuatu berwarna merah pekat.
Tentu saja aku tahu itu darah, tapi yang membuatku bingung kenapa bisa ada noda darah di kasurku, noda darah setelah permainan ranjang?
Apa Hinata masih perawan lalu ia menangis karena mungkin merasa sakit setelah semalam bermain ranjang?
tapi hey~ itu tidak mungkin, tidak mungkin ia masih perawan karena aku sendiri yang sudah mengubahnya dari seorang gadis menjadi wanita seutuhnya, tepat saat malam pengantin aku menikah dengannya lima tahun lalu.
Lalu apa? Apa karna Hinata sedang mens?
Ck, bodoh sekali kenapa aku malah sibuk dengan pikiranku sendiri, kenapa tidak aku tanyakan saja pada orangnya?
"ada apa denganmu, Hinata-chan ?"
Dia tidak menjawab pertanyaanku, masih menangis terisak dan menutup dirinya dengan selimutnya.
"Hinata-chan, ada apa? Kenapa kau menangis, sayang?" tanyaku sekali lagi, tapi tetap ia tidak menjawab pertanyaanku, ia masih menangis terisak dan menutup dirinya dengan selimut yang menutupinya sampai kepala.
Aku yang sudah terlanjur tidak sabar dan khawatir dengan keadaannya pun, menarik paksa selimut itu.
SUUPP! SREEEK..
Ia menarik selimutnya lagi untuk menutupi dirinya sesaat setelah aku menarik selimutnya dengan posisi tetap membelakangiku. Tapi tarikanku tadi tidak sia-sia karena aku tadi sempat sedikit melihatnya, walaupun tidak terlalu jelas tapi aku dapat melihat rambutnya, rambutnya sangat aneh.
Sejak kapan rambut Hinata berwarna pirang?
apa dia mewarnai rambutnya berwarna pirang agar mirip seperti warna rambutku dan Boruto?
Karna penasaran sekaligus was-was dengan isi pikiranku yang mulai aneh, takut jika ternyata dia orang lain dan bukan istriku, aku pun menarik paksa selimut yang menutupi tubuhnya dengan keras sampai selimut itu tersingkap ke perut .
Terlihat jelas, memang rambutnya pirang dan ia masih tetap menangis terisak dengan tangan yang menyilang didadanya.
aku tidak bisa melihat wajahnya, karena ia yang berbaring membelakangiku. Hanya bisa melihat sebatas rambutnya yang berwarna pirang dan punggung polosnya.
Aku mencoba membalikan badannya paksa untuk melihat wajahnya.
Aku mengernyit heran, Dia melihatku dengan mata yang menyala marah dengan gigi yang bergemerutuk, serta ekspresi wajah yang seakan-akan seperti ingin membunuhku.
"Kau ?"
. . .
TBC
0 comments:
Post a Comment